Kamis, 02 Mei 2013

Mana Hakku?

Kamis, 25 April 2013  6.30 p.m

Selesai sholat Maghrib aku bergegas menuju kantor Bu Noni. Tujuanku hanyalah ingin menanyakan mengapa nilaiku kok bisa tidak keluar dalam KHS (Kartu Hasil Study) semester 3 ini. Padahal kalau saya pikir, saya telah memenuhi semua persyaratan. Mulai dari mengumpulkan tugas yang sangat tebal sampai mid semester dan UAS (Ujian Akhir Semester) sudah aku ikuti semua. Soal kehadiranku di kelas ya cukup aktif. Pernah bolos sekali waktu mata kuliah ini. Entah mengapa aku bolos kala itu. Aku sudah lupa. Dan yang kuingat hanya aku pernah bolos 1x saja.

*****

Namanya juga orang sibuk. Jadi kalau ingin bertemu muka ya agak sedikit susah. Harus antre juga tentunya. Kutengok jam menunjukkan pukul 18.30 WIB. Aku pun sabar menanti giliran. Untuk memperoleh sebuah kepastian dan jawaban.

Tibalah saatnya giliranku. Waktu itu aku tidak sendiri. Aku juga mengajak salah seorang temanku untuk ikut menemaniku. Agak sedikit gugup juga sich. Aku memang orangnya suka nervous kalau sedang tatap muka dengan dosen yang kurang begitu friendly dengan mahasiswa-mahasiswanya. Tepat di depan mejanya, aku dan temanku dipersilahkan untuk duduk.

“Ada apa, Mas?” tanya beliau.

“Ini Bu, saya mau tanya. Nilai mata kuliah *** saya tidak keluar dalam KHS. Mengapa ya, Bu? Padahal saya kan juga ikut mid semester dan UAS. Kalau soal tugas, saya juga sudah mengumpulkan. Semua saya kira sudah lengkap. Tapi mengapa nilainya tidak keluar?” ceritaku panjang lebar.

“Kalau tidak keluar, berarti ya nilainya jelek dan harus ngulang,” jawab beliau enteng seperti kapas berterbangan. Seolah lari dari tanggung jawab.

“La tapi mengapa nilainya Dimas keluar? Padahal ia kan tidak mengumpulkan tugas, tidak ikut mid semester dan juga tidak ikut UAS. Kok bisa keluar nilainya?” tanyaku lagi. Kini dengan mimik wajah yang keheranan.

“Mungkin ikut ujian susulan kali,” elak beliau.

“Tidak,” jawabku serentak dengan seorang teman yang sedang duduk di sampingku.

Masak?” jawab beliau dengan agak sedikit kaget mendengar jawaban dari kami.

“Aku itu kalau ngasih nilai ya bener-bener lo, Mas. Kalau nilainya baik ya saya kasih nilai baik. Kalaupun itu jelek ya jelek,” tambah beliau lagi.

“Yang membuat saya heran ya itu tadi, Bu. Kok bisa keluar nilai Dimas, sedangkan saya kok tidak keluar,” sanggahku pada beliau.

“Oke, saya akan cek ulang. Tapi nilainya ada di rumah, tidak saya bawa. Saya akan cek ulang ya!” katanya padaku.

“Begitu ya! Ya sudah Bu, terima kasih,” kami berdua langsung saja angkat kaki dari kantor tersebut. Karena kami tengok di belakang banyak yang masih antre untuk menghadap beliau.

Sebuah kekecewaan yang aku rasakan. Keganjilan dalam pemberian nilai mata kuliah. Sungguh aneh bukan! Seseorang yang tidak mengumpulkan tugas, tidak ikut mid semester dan juga tidak ikut UAS bisa keluar nilainya. Tanda tanya besar bersarang di otakku. Rasa kecewa menyelimutiku petang itu. Memaksaku untuk segera bergegas pulang. Kekecewaan yang amat sangat kurasakan.

Nilai jelek ya tidak dapat nilai. Kalimat itu selalu mengitari pikiranku. Sebegitu jelekkah nilaiku? Kalaupun harus diberi nilai D atau E, aku terima. Tapi ini lain, nilaiku kosong. Aku pun curhat pada temanku yang lain, yang kuliah di Surabaya. Mereka juga membenarkanku. Sejelek-jeleknya nilai yang aku peroleh, seharusnya nilainya tetap keluar. Tapi ini... kosong... kosong... kosong... Segera ku starter sepeda motorku dan meninggalkan kampus.

Mungkin para pembaca sudah bisa menilai sendiri. Sebuah hak yang nyata-nyata harusnya aku dapatkan, tak dapat kuterima dengan baik. Pembaca mungkin juga merasa ada kejanggalan dalam masalahku ini. Tapi ya sudahlah. Aku tetap menghormati keputusan beliau. “Kok bisa ya?” pertanyaan terakhirku dalam hati, selalu bersemayam di sanubari.

Note:
Sebenarnya banyak sekali parcakapan antara Aku, Vicky dan Bu Noni tersebut. Namun aku hanya menuliskan intinya saja di atas. (nama disamarkan)


0 komentar:

Posting Komentar

 

Pengikut